Wednesday, December 16, 2009

Makanan Instan Ancam Ekspor Produk Pertanian

Sabtu, 12 Desember 2009 21:26 WIB

SUKADANA--MI: Budaya di sejumlah negara maju yang lebih berminat mengonsumsi makanan instan daripada membeli produk pertanian, menjadi ancaman bagi peningkatan ekspor terutama produk Lampung Timur.

Hal itu menjadi tema pembahasan dalam diskusi pertanian yang digagas gabungan kelompok pertanian (Gapoktan) Tani Karya Kecamatan Batanghari, Lampung Timur di aula kecamatan setempat, Sabtu (12/12).

"Pola konsumsi pangan di negara-negara maju telah berubah, mereka lebih suka makan di luar dan menyantap makanan instan," kata Ketua Gapoktan Tani Karya Suhartono di Batanghari, Lampung Timur.

Ia mengatakan, meningkatnya kemampuan mengolah produk-produk pertanian adalah keniscayaan mengingat dunia cenderung menginginkan hal yang serba cepat. "Maka, sangat dibutuhkan juga pengolahan komoditas agar bisa bernilai lebih tinggi," katanya.

Oleh karena itu, katanya, industri dalam negeri semestinya bisa mengolah hasil komoditas tersebut, sehingga pertanian tidak boleh jauh dari industri, karena hal itu menentukan keberhasilan pengelolaan pertanian.

Menurutnya, produk tanaman utama seperti beras juga mesti ditingkatkan mutunya, setidaknya bisa bersaing dengan berbagai produk ekspor lain.

Sebelumnya, Menteri Pertanian mengatakan Indonesia akan segera mengekspor beras mulai 2009 jika produksinya bisa mencapai 40 juta ton. Itu adalah kabar menggembirakan, apalagi jika diperluas pada komoditas yang selama ini vital seperti gandum dan kedelai.

Negara Indonesia memang belum bisa mengalahkan Amerika Serikat (AS) dan Argentina sebagai ekportir utama gandum atau Thailand sebagai eksportir beras utama dunia. Tetapi, kata dia, Indonesia sebenarnya bisa secara perlahan memproduksi sendiri gandum dan kedelai, apalagi dengan harga yang mahal semestinya bisa mendorong peningkatan komoditas itu untuk diproduksi sendiri. (Ant/OL-01)

No comments:

Post a Comment